Fencing
 |
Fokus |
Senjata |
Olahraga olimpik |
Olimpiade 1896 |
Situs resmi |
www.fie.chwww.fie.org |
Anggar adalah ilmu beladiri menggunakan senjata yang berkembang menjadi
seni budaya olahraga ketangkasan dengan
senjata yang menekankan pada
teknik kemampuan seperti
memotong,
menusuk atau
menangkis senjata lawan dengan menggunakan keterampilan dalam memanfaatkan kelincahan
tangan. Dalam artian lebih spesifik, anggar adalah satu satu cabang olahraga yang diajarkan di
sekolah -
sekolah Eropa pada masa lalu dalam melatih keahlian dalam menggunakan
senjata tajam yang akhirnya menjadi salah satu
olahraga resmi di
Olimpiade.
Etimologi kata "anggar" dalam bahasa Indonesia berasal dari Bahasa
Perancis "en garde", artinya dalam Bahasa Indonesia berarti "bersiap".
Kata "en garde" digunakan sebelum permainan anggar dimulai, untuk
memberi perintah "bersiap" kepada pemain. Dalam bahasa Perancis sendiri
anggar disebut sebagai
escrime. Walaupun kita menganggap anggar
sebagai permainan yang menghibur, sebagai senjata, sebagai sarana
pendidikan atau pun olahraga, ternyata anggar mempunyai perjalanan
sejarah yang cukup panjang. Kemampuan
teknis,
catatan pencapaian yang cukup panjang, di luar hal - hal tersebut
adalah nilai - nilai yang terkandung dalam permainan anggar sendiri
hingga kini masih diajarkan melalui praktik olahraga itu sendiri.
Jika
sejarah
mengenai anggar ditelusuri, kita akan mengacu pada penggunaan pedang.
Sejak dahulu kala, pedang diciptakan sebagai alat untuk melindungi diri.
Manusia menggunakan kekuatan dan ketangkasannya, memilih bahan dan
alat, meningkatkan ketrampilannya dengan menggunakan kepandaiannya.
Semua itu merupakan latar belakang permainan anggar.
Anggar merupakan salah satu dari sedikit olahraga yang mengakui
profesionalisme sebelum tahun 1980an. Bahkan pada peraturan - peraturan
awal Olimpiade yang ditulis oleh
Baron Pierre de Coubertin
(presiden kedua dari International Olympic Committee), dengan jelas
menyatakan bahwa pemain anggar profesional yang disebut dengan
Masters diperbolehkan untuk ikut bertanding.
Anggar dipertandingkan pada ajang
Olimpiade
untuk pertama kalinya pada tahun 1896. Merupakan salah satu dari
sedikit cabang olahraga yang menjadi program tetap dalam pelaksanaan
Olimpiade.
[1]
Nomor-nomor dalam anggar
Sasaran foil menurut standar internasional, yaitu torso dan bagian bawah pelindung muka 1,5-2 cm di bawah dagu.
Line, yaitu pembagian posisi tubuh pemain anggar
Posisi menyerang di sebelah kanan, menunjukkan jangkauan yang didapatkan pemain anggar dibandingkan dengan posisi en garde.
Anggar yang dipertandingkan pada olimpiade memainkan tiga nomor, yang dinamakan berdasarkan senjatanya:
- Floret (foil):
Pedang yang berbentuk langsing, lentur dan ringan, ujungnya datar atau
bulat, tumpul dan berpegas. Bila ditusukkan dapat naik/turun, beratny
500 gram (5 ons). Pelindung tangan yang terdapat pada floret lebih kecil
dibandingkan dengan Degen dan Sabel. Ujungnya untuk menusuk dan bagian
bawah pedang untuk menangkis dan menekan.[2]
- Sabel (sabre):
Pedang yang berbentuk segitiga dan sudutnya tidak tajam, seperti parang
kecil, semakin keatas semakin pipih dan ujungnya ditekuk hingga tidak
meruncing, beratnya 500 gram. Pelindungan penuh menutupi tangan sampai
pangkal tangkai. Bagian atas pedang untuk memarang dan bagian bawah
untuk menangkis, serta ujungnya untuk menusuk.[2]
- Degen (epée):
Pedang berbentuk segitiga dan berparit, pada pangkalnya tebal dan
samping keujung kecil, agak kaku. Ujungnya datar dan berpegas dengan
pelindung tangan besar, beratnya 750-770 gram. Bagian bawah pedang untuk
menangkis dan ujungnya untuk menusuk.[2]
Cara Bermain
Tiga
jenis senjata yang digunakan cabang anggar dalam ajang Olimpiade: foil,
epee dan sabre. Dimainkan di arena seluas 14×1,5 meter. Dilengkapi
dengan kabel dan kostum khusus, para pemain dihubungkan dengan sistem
penilaian elektronik yang akan bereaksi jika terkena tusukan. Dalam
setiap pertandingan digunakan sistem eleminasi langsung. Sebuah tim akan
terdiri dari 3 pemain dan masing - masing akan berduel dengan anggota
tim lawan.
[1]
Lapangan/Area
Arena
anggar biasanya dalam ruangan tertutup, panjangnya 12 meter dan
lebarnya 2 meter. Ditutupi linolium (gabus) dan dilengkapi peralatan
elektronik untuk mengetahui terjadinya poin.
[2]
Pakaian
Pakaian dan peralatan anggar: (1) jaket, (2) sarung tangan, (3) kabel
badan, (4) Épée, (5) celana, (6) masker, (7) plastron (pelindung
ketiak).
Pakaian terdiri dari:
- Masker (Pelindung Muka).
- Sarung Tangan.
- Baju Jaket terbuat dari bahan yang kuat dan berwarna putih.
- Untuk pemain Epee atau Poil, baju pemain terbuat dari metal.[2]
Wasit
Setiap
wasit yang memimpin pertandingan, dapat menjatuhkan sanksi (hukuman)
pada atlet, apabila melakukan pelanggaran yang ditentukan. Pelanggaran
pertama, wasit mengeluarkan kartu kuning. Pelanggaran kedua, wasit
mengeluarkan kartu merah. Pelanggaran ketiga, wasit mengeluarkan kartu
hitam, (pelanggaran berat, atlet diskor dari pertandingan).
[2]
Kelas dalam Anggar
Jenis-jenis anggar sebagai berikut:
- épée perorangan
- épée tim
- foil perorangan
- foil tim
- sabre perorangan
- sabre tim [1]
Sejarah Masuknya Anggar ke Indonesia
Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, para tentara Kerajaan
Belanda membawa serta olahraga anggar masuk ke Indonesia. Pada saat itu
terdapat dua macam tujuan permainan anggar, yaitu untuk berkelahi dan
olahraga.
Kemampuan bermain anggar untuk berkelahi diwajibkan bagi setiap
tentara Hindia Belanda (KNIL) dengan menggunakan kelewang (pedang) atau
sangkur. Sedangkan, permainan anggar untuk olahraga dipersilakan bagi
para bintara, perwira, serta mahasiswa.
Tokoh-tokoh militer bangsa Indonesia yang mempunya keahlian bermain
anggar pada waktu itu antara lain adalah Drh.Singgih, Soeparman,
Maryono, Setu, Warsimin, Paimin Salekan, Atmo Soewirjo, J. Sengkey,
Suratman, Mantiri, C.H. Kuron, Mangangantung, dan Soekarno.
Untuk dapat meningkatkan kemampuan bermain anggar maupun olahraga
lainnya, KNIL mendirikan sekolah olahraga militer. Sekolah olahraga
militer tersebut didirikan guna untuk mendidik para guru anggar, guru
renang, dan guru olahraga lainnya. Lembaga pendidikan militer tersebut
didirikan di Bandung dan Magelang.
Pada masa penjajahan Jepang, tidak ada informasi yang masuk tentang
perkembangan olahraga anggar di Indonesia. Dalam masa perang
kemerdekaan, banyak guru anggar yang berasal dari mantan instruktur
militer Belanda yang menjadi instruktur di Akademi Militer Yogyakarta.
Mereka mengajarkan cara bermain anggar, baik untuk olahraga maupun
berkelahi dengan menggunakan sangkur.
Dalam Pekan Olahraga Nasional pertama yang diselenggarakan pada tahun
1948 di Solo, olahraga anggar mulai diperkenalkan serta dieksibisikan
oleh para guru anggar mantan instruktur militer Belanda tersebut.
Setelah penyerahan kedaulatan Negara Republik Indonesia, para guru
anggar yang tersebar di tanah air mulai mengembangkan olahraga anggar
dengan cara mendirikan perkumpulan-perkumpulan anggar di beberapa
daerah. Seperti di Sumatera Utara, Jakarta, Bandung, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sulawesi Utara, dan di Sulawesi Selatan.
Perkumpulan anggar di ibu kota kita, Jakarta, didirikan oleh Kasimin
Atmosoewirjo, Soekarno, dan Drh. Singgih. Di awal tahun 1950, Kasimin
Atmosoewirjo mulai mengembangkan olahraga anggar di Jakarta bersama
dengan puteranya yang bernama Suratmin.
Perjuangan para guru anggar yang telah merintis olahraga anggar di
tanah air selanjutnya dikembangkan oleh para penerus. Baik oleh murid,
anak, maupun cucu, sehingga pada saat ini olahraga anggar dapat terus
berkembang di berbagai provinsi di Indonesia.
Setelah penyerahan kedaulatan Indonesia oleh pihak Belanda, permainan
anggar mulai diajarkan di sekolah olahraga maupun perguruan tinggi
olahraga. Di lingkungan akademi militer dan polisi juga sempat diajarkan
cara bermain anggar, namun pada akhirnya kurang berkembang.
Dalam perkembangan selanjutnya, olahraga anggar mulai dipertandingkan
dalam Pekan Olahraga Nasional kedua yang diselenggarakan pada tahun
1951 di Jakarta. Setelah itu olahraga anggar selalu dipertandingkan
dalam setiap Pekan Olahraga Nasional hingga sekarang.
[3]
Perkembangan Anggar di Indonesia
- Cabang anggar Indonesia, di SEA Games 2007 Thailand hanya kebagian
satu medali perunggu untuk nomor tim floret putri setelah dalam
semifinal kalah tipis dari Filipina 43-44 di Suranaree University of
Technology Nakhon Ratchasima.Sementara itu medali emas direbut tim
Singapura yang mengalahkan tim Filipina dengan 37-25 yang berhak atas
medali perak.Hingga berakhirnya pertandingan cabang anggar, Selasa
(11/12), Indonesia tidak mampu meraih medali emas, dan hanya mengoleksi
dua medali perak dari nomor floret perorangan putri atas nama Fabiola
Tirza Paulany Ratu dan tim degen putri.Selebihnya empat medali perunggu
dihasilkan dari degen perorangan putra atas nama Agustinus Pieter
Manuhutu, degen perorangan putri Isnawaty Sir Idar, dan dua dari tim
floret putra dan putri.
- Pengurus Besar Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (PB IKASI) memanggil
dua atlet nasional untuk mengikuti Kejuraan Dunia Anggar Kadet dan
Junior 2010 di Baku, Rusia, pada 1-14 April. Ia mengatakan atlet Kaltim
yang dipanggil ialah Ima Safitri, sedangkan dari DKI Jakarta ada Aditya
Baskara. Aditya Baskara yang akan bermain di senjata floret putra kadet,
sedangkan Ima Safi tri akan bermain di nomor senjata sabel kadet.